Jumat, 30 Januari 2015

INSTRUKTUR BERKEMAJUAN
Pentingnya Sebuah Keteladanan dalam diri seorang pemimpin sebagai seorang Pendidik
            Berawal dari sebuah kegelelisahan tentang sosok instruktur IMM Sleman yang kurang mampu untuk memberikan sebuah keteladanan dan suri tauladan. Keteladanan dianggap sangat penting karena dengan keteladanan itulah kewibawaan dari seorang instruktur dapat terbentuk. Keteladanan ini mencakup berbagai macam aspek dan ranah akademis, humanis, dan tentunya yang tak kalah penting adalah spiritual kegamaan.
Perlu dalam hal ini kita mencontoh apa yang telah dilakukan oleh rasulullah SAW dalam memimpin kaumnya. Selain ia berposisi sebagai kepala Negara, ia juga sebagai pendidik langsung bagi umatnya pada masa itu dalam menyampaikan firman Allah dan menjelaskannya dengan perbuatan dengan mencontohkan.
Dalam al Qur’an Allah berfirman :

لقد كان لكم فى رسول الله اسوة حسنة
Sesungguhnya telah ada dalam diri Rasulullah sebuah teladan yang baik.
(QS : Al Ahzab : 22)
Ada sebuah pepatah mengatakan : “satu teladan lebih baik dari pada seribu nasehat”. Pepatah ini mengatakan betapa pentingnya keteladanan agar pesan yang ingin disampaikan dapat tercapai dan ketika kita mengajak orang lain, orang lain akan dengan ikhlash mengikuti apa yang kita katakan dengan tulus hati. Karena tak jarang kemudian banyak orang tidak mau mengikuti nasehat seseorang karena seseorang yang memberi nasehat itu menurut pandangan orang yang diberi nasehat tidak memiliki sebuah kewibaan yang terpancar dari keteladanan yang ia perlihatkan.
Itulah kenapa Rasulullah SAW sebagai rahmatan lil ‘alamin sangat sukses dalam berdakwah dan menyebarkan ajaran agama Islam kepada kaum kafir Quraisy di masa itu yang terkenal sangat keras dan membenci Nabi Muhammad SAW. Lambat laun mereka sadar bahwa apa yang dikatakan dan disampaikan oleh Nabi Muhammad adalah benar adanya dan sampai sekarang diri seorang Nabi masih terhormat, baik di kalangan umat islam sendiri maupun di luar umat Islam yang justru meletakkan posisi Nabi Muhammad pada posisi pertama sebagai orang yang berpengaruh pada dunia.
Teladan yang diajarkan Nabi kepada kita sebagaimana dijelaskan di atas tentunya harus menjadi pedoman hidup. Apalagi di tengah meluasnya aksi kekerasan yang mengatasnamakan agama.[1]
Kemudian dalam surat yang lain Allah juga berfirman :
كبر مقتا عندالله ان تقولوا مالا تفعلون
Sungguh besar sekali kemurkaan di sisi Allah orang yang me
Dalam firman ini Allah dengan jelas menegaskan kembali tentang pentingnya keteladanan sebelum kita memerintahkan atau mengajak orang lain lain untuk berbuat baik. Pada kesempatan seorang pemimpin suatu lembaga, organisasi, yayasan dan tentunya adalah seorang instruktur dalam sebuah sistem pengkaderan adalah seseorang yang menempati posisi strategis dalam suatu organisasi pasti segala tindakan dan kelakuan yang ia perbuat akan menjadi cerminan bagi kader maupun calon kader yang dibimbingnya.
Memaknai Seorang Instruktur Berkemajuan
Kata instruktur memiliki makna orang yg bertugas mengajarkan sesuatu dan sekaligus memberikan latihan dan bimbingannya; pengajar; pelatih; pengasuh: seorang guru sangat diperlukan untuk menjadi -- di pusat pendidikan pertukangan itu (http://www. artikata.com/arti-330847-instruktur.html)
Dengan pengertian diatas maka bila ditarik sebuah pengertian yang lebih luas kemudian dapat dikatakan seorang instruktur adalah orang yang memiliki peran sebagaimana disebutkan. Namun, lebih dari itu, instruktur tidak hanya bertugas untuk mengajarkan dan menyampaikan materi–materi tersampaikan dan mereka paham sudah cukup, melainkan seoarang instruktur yang ideal juga memiliki tugas untuk senantiasa selalu membimbing, dan mengawasi orang–orang yang menjadi anggotanya. Menegur, dan selalu memberi nasehat, saran, dan masukan baik masih dalam masa bimbingannya maupun sudah lepas atau selesai dari tugasnya. Karena itu penting bagi seorang instruktur untuk membangun kewibawaan diri mereka dengan memiliki uswatun khasanah yang nantinya akan menjadi suri tauladan.
Instruktur berkemajuan atau bisa dikatakan instruktur visioner adalah orang yang memiliki karakter sebagaimana di jelaskan diatas. Memiliki karakter dan kepribadian yang unggul, visioner, dan kreatif serta inovatif yang hal ini bisa diraih dengan selalu berpikir secara rinci dan postif. Karena dengan itu lah kualitas karya dan kinerja ditentukan.[2] Maka jika hal itu telah ada dalam diri seorang pemimpin tentunya seseorang akan memiliki sebuah kewibawaan yang menunjang kesuksesan dalam memimpin sebuah organisasi dan mengarahkan serta membimbing anggota mereka.

Pemimpin Sebagai Seorang Pendidik
Pemimpin adalah sosok sentral dalam sebuah organisasi tentunya memiliki pengaruh yang amat besar dalam menentukan baik atau tidak baiknya suatu organisasi. Hal ini sebagaimana yang dicerminkan dalam diri Rasulullah SAW. Beliau selain sebagai seorang pemimpin umat Islam dan Negara, beliau juga bertindak sebagai seorang pendidik bagi umatnya yang menyampaikan wahyu dari Allah kepada untuk menyempurnakan akhlak kaumnya yang tidak bermoral dan menyimpang jauh dari koridor ketauhidan.
Dan dalam jangka waktu yang cukup singkat, 13 tahun setelah Nabi Muhammad diangkat menjadi Rasulullah SAW telah sukses mengarahkan kaumnya ke jalan yang diridhaiNya dengan memperbaiki kejahiliyahan moral yang dimiliki oleh kaum Quraisy.
Sebuah kunci kesuksesan yang dimiliki oleh Rasulullah kaitannya dalam berdakwah adalah Rasulullah sebagai Rahmatan Lil ‘alamin memiliki rasa kasih sayang dan kelembutan. Hal in ditegaskan kembali oleh Muh Anis bahwa pendidik harus memilki sifat rahmah atau kasih sayang kepada anak yang dididik. Karena  dengan suasana kasih sayang dan penuh kelembutan, orang akan memahami dan merasakan kasih sayang dan kelembutan, sehingga akan menumbuhkan sifat kasih sayang dalam dirinya.[3]
Pendidikan yang dilakukan dengan kasih sayang akan mempermudah transfer nilai dan ilmu, serta memperlancar proses pengembangan potensi, relasi antara pendidik dan peserta didik menjadi harmonis dan menyenangkan. Dengan dengan demikian maka hendaknya dalam diri seorang pemimpin sebagai seorang pendidik harus terdapat rasa kasih sayang dan kelembutan agar peserta didik (anggota organisasi) menjalankan segala macam aturan dan program organisasi dengan senang dan tulus hati sehingga tujuan-tujuan organisasi dapat tercapai karena kewibawaan pemimpin mereka yang terpancar dari keteladanan, dan kasih sayang mereka.
Peran Keteladanan Pemimpin Sebagai Seorang Pendidik
Di dalam tubuh pergerakan mahasiswa IMM (Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah) istilah instruktur seringkali digunakan pada proses pengkaderan khas IMM yaitu DAD (Darul Arqom Dasar) untuk menyebut orang yang memberikan pembelejaran atau pendidikan mengenai segala macam hal yang ada dalam tubuh pergerakan IMM yang mencakup beragam aspek secara intensif pada rentang waktu tertentu dan disampaikan secara komprehensif.
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) adalah sebuah organisasi otonom di bawah Muhammadiyah. Latar belakang dari berdirinya IMM sendiri adalah utnuk membentuk motivasi idealisme, yaitu motif untuk mengembangkan ideologi Muhammadiyah, yaitu faham dan cita cita Muhammadiyah bahwa Muhammadiyah pada hakekatnya adalah sebuah wadah organisasi yang punya cita-cita atau tujuan yakni menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sebagai pergerakan  yang memiliki trilogi intelektualitas, religiusitas, humanitas sebagai ideologi. Dengan itu, maka untuk mencapai konsep trilogi diatas pastinya sangat diperlukan seorang instruktur yang mumpuni, visioner, dan berkemajuan guna mencapai cita-cita luhur tersebut.
Seorang instruktur yang berkemajuan (visioner) meruapakan instrument penting dalam sebuah bentuk pengkaderan. Karena tidak akan lahir seorang kader yang militan kecuali dari bimbingan seorang instruktur yang militan pula. Instruktur yang bisa bekerja sepenuh hati, ikhlash, dan memiliki semangat juang yang tinggi.
Mengutip dalam sebuah artikel yang dimuat pada laman pelajarberkemajuan.blogspot.com disitu tertulis bahwa gerakan pelajar –mahasiswa dan juga pelajar bukan mahasiswa- khittah yang dimiliki oleh mereka adalah seseorang yang memiliki peranan sentral dalam hal perubahan sebagai subjeknya yang kemudian dengan itulah akan tertegaskan bahwa dirinya adalah seorang yang berkemajuan yang membuat dirinya akan menjadi sang pencerah di masa yang akan datang. Pencerahan dalam ranah intelektualitas, humanitas, dan yang tak kalah pentingnya adalah religiusitas.
Instruktur  yang di sini juga berperan sebagai pemimpin yang berideologi kemajuan, merupakan sebuah gagasan penting untuk melahirkan pencerahan bagi kehidupan para kader yang mana Pencerahan (Tanwir) itu adalah sebagai wujud dari Islam yang berkemajuan adalah jalan Islam yang membebaskan, memberdayakan, dan memajukan dimana penggunaan akal pikiran dan ilmu pengetahuan sebagai instrumen kemajuan, berorientasi pada pencerdasan, pemberdayaan dan pembebasan :
Untuk mewujudkan kriteria yang diinginkan sebagai seorang pemimpin yang berperan sebagai seorang pendidik maka dalam segala kegiatan yang diselenggarakannya harus memperhatikan beberapa hal, yaitu :
1.     Pencerdasan
Pencerdasan adalah upaya perubahan sosial melalui proses dialog yang mencerdaskan dalam rangka mengentaskan kesalahan-kesalahan berpikir yang selama ini menelikung para pelajar. Karena, mustahil ada perubahan ke arah yang benar kalau kesalahan berpikir masih menjebak benak pelajar. Strategi persuasif-reedukatif ini dijalankan lewat pembentukan sikap, opini dan pandangan pelajar mengenai realitas sosial yang timpang di sekitarnya. Oleh karena itu, posisi idea; pandangan hidup, pandangan dunia dan nilai-nilai memiliki posisi yang sentral. Karena, penyebab utama perubahan adalah idea (ilmu). Idea memberikan banyak pengaruh terhadap perkembangan masyarakat sebagaimana Al-Qur’an yang melakukan perubahan sosial lewat idea. Upaya pencerdasan diarahkan pada kesadaran bahwa pelajar sebagai manusia dapat mempengaruhi perubahan sosial sehingga lahirlah kepribadian inovatif. Kepribadian yang memandang realitas dengan kritis, memiliki rasa ingin tahu/keterbukaan (inquisitive mind) dan melahirkan kritik, mempertanyakan te tang dirinya dengan realitas dunia sekitarnya dan keterlibatannya dalam mengubahnya menjadi lebih baik.
2.     Pemberdayaan
Pemberdayaan lahir dari hubungan tanpa dominasi antara orang yang akan melakukan pemberdayaan dan kaum pelajar. Hubungan tanpa dominasi terwujud dari sikap dialogis dalam hubungan dan komunikasi. Dialogis disertai dengan sikap kerendahan hati. Dialog sendiri merupakan perjumpaan diantara manusia dengan perantara dunia dan realitas. Hematnya, pemberdayaan melibatkan trilogi antara dua manusia: pelaku pemberdayaan dan kaum pelajar yang dipertemukan dalam perantara dunia realitas. Pemberdayaan sendiri merupakan suatu bentuk pengorganisasian sumber daya untuk melakukan perubahan, dengan mensyaratkan adanya sikap partisipatoris (sekaligus terlibat sebagai peserta) pelaku pemberdayaan dengan kaum pelajar. Ketentuan selanjutnya adalah kesamaan ide dan opini mengenai realitas yang akan membantu mendorong keterlibatan kolektif dalam perjuangan untuk perubahan kondisi yang lebih baik.
3.     Pembebasan
Islam sejatinya merupakan agama pembebasan. Kebenaran ini dapat ditemui dalam konsep Tauhid sebagai inti ajaran Islam yang mengandung dimensi pembebasan. Pembebasan yang dimaksud di sini adalah dupaya yang terintegrasi dan terkoordinir dalam rangka membebaskan kaum pelajar yang dari segala bentuk penindasan (intelektual), yang terlemahkan dalam pikiran dan termarjinalisasikan secara personal, kultural dan struktural dalam bingkai teologi transformatif Muhammadiyah, yakni teologi Al-Ma’un. Pembebasan dilakukan lewat proses keterlibatan secara langsung dalam upaya mewujudkan transformasi sosial. Keterlibatan ini dilakukan lewat proses mengagregasi kepentingan melalui pembentukan suatu program kebijakan yang didasarkan atas serangkaian kepentingan dan pandangan yang dipahami oleh IMM; serta mengartikulasikan kepentingan, dengan mengekspresikan dan mempublikasikan berbagai kebijakan yang dimaksudkan untuk mempengaruhi kebijakan stake holder (pemegang otoritas).
Dengan demikian maka hendaknya seorang pemimpin yang di sini juga berperan sebagai seorang pendidik haruslah memperhatikan segala tindak dan perangai mereka. Karena segala tindak tanduk dan kelakuan keseharian akan menjadi cerminan dan pandangan bagi anggota di bawahnya. Kalau seorang pemimpin selalu bisa memberikan teladan, maka dapat dipastikan semua anggotanya akan menjadi orang baik pula.
 [Dikutip dari berbagai sumber]
Daftar Pustaka
Al Qur’anul Karim
Anis. Muh. Drs, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan, Mentari Pustaka (Yogyakarta : 2012)
Casova, Fachmy. Habibi ; Tak Boleh Lelah dan Kalah, Tiga Serangkai Pustaka Mandiri (Solo : 2014)
Misrawi. Zuhairi,  Al Qur’an Kitab Toleransi,Pustaka OASIS (Jakarta : 2010).
http://pelajarberkemajuan.blogspot.com/2014/03/kepribadian-ikatan-pelajar-muhammadiyah.html




[1] Zuhairi Misrawi, Al Qur’an Kitab Toleransi,Pustaka OASIS (Jakarta : 2010), hal. 220
[2] Fachmy Casova. Habibi ; Tak Boleh Lelah dan Kalah, Tiga Serangkai Pustaka Mandiri (Solo : 2014), hal. 112
[3] Drs. Muh Anis, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan, Mentari Pustaka (Yogyakarta : 2012), hal. 205