INSTRUKTUR
BERKEMAJUAN
Pentingnya
Sebuah Keteladanan dalam diri seorang pemimpin sebagai seorang Pendidik
Berawal dari sebuah kegelelisahan tentang sosok
instruktur IMM Sleman yang kurang mampu untuk memberikan sebuah keteladanan dan
suri tauladan. Keteladanan dianggap sangat penting karena dengan keteladanan
itulah kewibawaan dari seorang instruktur dapat terbentuk. Keteladanan ini
mencakup berbagai macam aspek dan ranah akademis, humanis, dan tentunya yang
tak kalah penting adalah spiritual kegamaan.
Perlu
dalam hal ini kita mencontoh apa yang telah dilakukan oleh rasulullah SAW dalam
memimpin kaumnya. Selain ia berposisi sebagai kepala Negara, ia juga sebagai
pendidik langsung bagi umatnya pada masa itu dalam menyampaikan firman Allah
dan menjelaskannya dengan perbuatan dengan mencontohkan.
Dalam al
Qur’an Allah berfirman :
لقد كان لكم فى رسول الله اسوة حسنة
Sesungguhnya telah ada dalam diri Rasulullah
sebuah teladan yang baik.
(QS : Al Ahzab : 22)
Ada sebuah
pepatah mengatakan : “satu teladan lebih baik dari pada seribu nasehat”.
Pepatah ini mengatakan betapa pentingnya keteladanan agar pesan yang ingin
disampaikan dapat tercapai dan ketika kita mengajak orang lain, orang lain akan
dengan ikhlash mengikuti apa yang kita katakan dengan tulus hati. Karena tak
jarang kemudian banyak orang tidak mau mengikuti nasehat seseorang karena
seseorang yang memberi nasehat itu menurut pandangan orang yang diberi nasehat
tidak memiliki sebuah kewibaan yang terpancar dari keteladanan yang ia perlihatkan.
Itulah
kenapa Rasulullah SAW sebagai rahmatan lil ‘alamin sangat sukses dalam
berdakwah dan menyebarkan ajaran agama Islam kepada kaum kafir Quraisy di masa
itu yang terkenal sangat keras dan membenci Nabi Muhammad SAW. Lambat laun
mereka sadar bahwa apa yang dikatakan dan disampaikan oleh Nabi Muhammad adalah
benar adanya dan sampai sekarang diri seorang Nabi masih terhormat, baik di
kalangan umat islam sendiri maupun di luar umat Islam yang justru meletakkan
posisi Nabi Muhammad pada posisi pertama sebagai orang yang berpengaruh pada
dunia.
Teladan yang
diajarkan Nabi kepada kita sebagaimana dijelaskan di atas tentunya harus
menjadi pedoman hidup. Apalagi di tengah meluasnya aksi kekerasan yang
mengatasnamakan agama.[1]
Kemudian
dalam surat yang lain Allah juga berfirman :
كبر مقتا
عندالله ان تقولوا مالا تفعلون
Sungguh
besar sekali kemurkaan di sisi Allah orang yang me
Dalam firman
ini Allah dengan jelas menegaskan kembali tentang pentingnya keteladanan
sebelum kita memerintahkan atau mengajak orang lain lain untuk berbuat baik.
Pada kesempatan seorang pemimpin suatu lembaga, organisasi, yayasan dan
tentunya adalah seorang instruktur dalam sebuah sistem pengkaderan adalah
seseorang yang menempati posisi strategis dalam suatu organisasi pasti segala
tindakan dan kelakuan yang ia perbuat akan menjadi cerminan bagi kader maupun
calon kader yang dibimbingnya.
Memaknai Seorang
Instruktur Berkemajuan
Kata
instruktur memiliki makna orang yg bertugas mengajarkan sesuatu dan sekaligus
memberikan latihan dan bimbingannya; pengajar; pelatih; pengasuh: seorang guru
sangat diperlukan untuk menjadi -- di pusat pendidikan pertukangan itu (http://www.
artikata.com/arti-330847-instruktur.html)
Dengan
pengertian diatas maka bila ditarik sebuah pengertian yang lebih luas kemudian
dapat dikatakan seorang instruktur adalah orang yang memiliki peran sebagaimana
disebutkan. Namun, lebih dari itu, instruktur tidak hanya bertugas untuk
mengajarkan dan menyampaikan materi–materi tersampaikan dan mereka paham sudah
cukup, melainkan seoarang instruktur yang ideal juga memiliki tugas untuk
senantiasa selalu membimbing, dan mengawasi orang–orang yang menjadi anggotanya.
Menegur, dan selalu memberi nasehat, saran, dan masukan baik masih dalam masa
bimbingannya maupun sudah lepas atau selesai dari tugasnya. Karena itu penting
bagi seorang instruktur untuk membangun kewibawaan diri mereka dengan memiliki
uswatun khasanah yang nantinya akan menjadi suri tauladan.
Instruktur berkemajuan
atau bisa dikatakan instruktur visioner adalah orang yang memiliki karakter
sebagaimana di jelaskan diatas. Memiliki karakter dan kepribadian yang unggul,
visioner, dan kreatif serta inovatif yang hal ini bisa diraih dengan selalu
berpikir secara rinci dan postif. Karena dengan itu lah kualitas karya dan
kinerja ditentukan.[2]
Maka jika hal itu telah ada dalam diri seorang pemimpin tentunya seseorang akan
memiliki sebuah kewibawaan yang menunjang kesuksesan dalam memimpin sebuah
organisasi dan mengarahkan serta membimbing anggota mereka.
Pemimpin
Sebagai Seorang Pendidik
Pemimpin
adalah sosok sentral dalam sebuah organisasi tentunya memiliki pengaruh yang
amat besar dalam menentukan baik atau tidak baiknya suatu organisasi. Hal ini
sebagaimana yang dicerminkan dalam diri Rasulullah SAW. Beliau selain sebagai
seorang pemimpin umat Islam dan Negara, beliau juga bertindak sebagai seorang
pendidik bagi umatnya yang menyampaikan wahyu dari Allah kepada untuk
menyempurnakan akhlak kaumnya yang tidak bermoral dan menyimpang jauh dari
koridor ketauhidan.
Dan dalam
jangka waktu yang cukup singkat, 13 tahun setelah Nabi Muhammad diangkat
menjadi Rasulullah SAW telah sukses mengarahkan kaumnya ke jalan yang
diridhaiNya dengan memperbaiki kejahiliyahan moral yang dimiliki oleh kaum
Quraisy.
Sebuah kunci
kesuksesan yang dimiliki oleh Rasulullah kaitannya dalam berdakwah adalah Rasulullah
sebagai Rahmatan Lil ‘alamin memiliki rasa kasih sayang dan kelembutan.
Hal in ditegaskan kembali oleh Muh Anis bahwa pendidik harus memilki sifat
rahmah atau kasih sayang kepada anak yang dididik. Karena dengan suasana kasih sayang dan penuh kelembutan,
orang akan memahami dan merasakan kasih sayang dan kelembutan, sehingga akan
menumbuhkan sifat kasih sayang dalam dirinya.[3]
Pendidikan
yang dilakukan dengan kasih sayang akan mempermudah transfer nilai dan ilmu,
serta memperlancar proses pengembangan potensi, relasi antara pendidik dan
peserta didik menjadi harmonis dan menyenangkan. Dengan dengan demikian maka
hendaknya dalam diri seorang pemimpin sebagai seorang pendidik harus terdapat
rasa kasih sayang dan kelembutan agar peserta didik (anggota organisasi)
menjalankan segala macam aturan dan program organisasi dengan senang dan tulus
hati sehingga tujuan-tujuan organisasi dapat tercapai karena kewibawaan
pemimpin mereka yang terpancar dari keteladanan, dan kasih sayang mereka.
Peran
Keteladanan Pemimpin Sebagai Seorang Pendidik
Di dalam tubuh
pergerakan mahasiswa IMM (Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah) istilah instruktur
seringkali digunakan pada proses pengkaderan khas IMM yaitu DAD (Darul Arqom
Dasar) untuk menyebut orang yang memberikan pembelejaran atau pendidikan mengenai
segala macam hal yang ada dalam tubuh pergerakan IMM yang mencakup beragam
aspek secara intensif pada rentang waktu tertentu dan disampaikan secara
komprehensif.
Ikatan Mahasiswa
Muhammadiyah (IMM) adalah sebuah organisasi otonom di bawah Muhammadiyah. Latar
belakang dari berdirinya IMM sendiri adalah utnuk membentuk motivasi idealisme,
yaitu motif untuk mengembangkan ideologi Muhammadiyah, yaitu faham dan cita
cita Muhammadiyah bahwa Muhammadiyah pada hakekatnya adalah sebuah wadah organisasi
yang punya cita-cita atau tujuan yakni menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam
sebagai pergerakan yang memiliki trilogi
intelektualitas, religiusitas, humanitas sebagai ideologi. Dengan itu, maka
untuk mencapai konsep trilogi diatas pastinya sangat diperlukan seorang
instruktur yang mumpuni, visioner, dan berkemajuan guna mencapai cita-cita
luhur tersebut.
Seorang
instruktur yang berkemajuan (visioner) meruapakan instrument penting dalam
sebuah bentuk pengkaderan. Karena tidak akan lahir seorang kader yang militan
kecuali dari bimbingan seorang instruktur yang militan pula. Instruktur yang
bisa bekerja sepenuh hati, ikhlash, dan memiliki semangat juang yang tinggi.
Mengutip
dalam sebuah artikel yang dimuat pada laman pelajarberkemajuan.blogspot.com
disitu tertulis bahwa gerakan pelajar –mahasiswa dan juga pelajar bukan
mahasiswa- khittah yang dimiliki oleh mereka adalah seseorang yang memiliki
peranan sentral dalam hal perubahan sebagai subjeknya yang kemudian dengan
itulah akan tertegaskan bahwa dirinya adalah seorang yang berkemajuan yang
membuat dirinya akan menjadi sang pencerah di masa yang akan datang. Pencerahan
dalam ranah intelektualitas, humanitas, dan yang tak kalah pentingnya adalah
religiusitas.
Instruktur yang di sini juga berperan sebagai pemimpin
yang berideologi kemajuan, merupakan sebuah gagasan penting untuk melahirkan pencerahan
bagi kehidupan para kader yang mana Pencerahan (Tanwir) itu adalah sebagai
wujud dari Islam yang berkemajuan adalah jalan Islam yang membebaskan,
memberdayakan, dan memajukan dimana penggunaan akal pikiran dan ilmu
pengetahuan sebagai instrumen kemajuan, berorientasi pada pencerdasan,
pemberdayaan dan pembebasan :
Untuk
mewujudkan kriteria yang diinginkan sebagai seorang pemimpin yang berperan
sebagai seorang pendidik maka dalam segala kegiatan yang diselenggarakannya
harus memperhatikan beberapa hal, yaitu :
1. Pencerdasan
Pencerdasan adalah upaya perubahan sosial melalui proses dialog
yang mencerdaskan dalam rangka mengentaskan kesalahan-kesalahan berpikir yang
selama ini menelikung para pelajar. Karena, mustahil ada perubahan ke arah yang
benar kalau kesalahan berpikir masih menjebak benak pelajar. Strategi
persuasif-reedukatif ini dijalankan lewat pembentukan sikap, opini dan
pandangan pelajar mengenai realitas sosial yang timpang di sekitarnya. Oleh
karena itu, posisi idea; pandangan hidup, pandangan dunia dan nilai-nilai
memiliki posisi yang sentral. Karena, penyebab utama perubahan adalah idea
(ilmu). Idea memberikan banyak pengaruh terhadap perkembangan masyarakat
sebagaimana Al-Qur’an yang melakukan perubahan sosial lewat idea. Upaya
pencerdasan diarahkan pada kesadaran bahwa pelajar sebagai manusia dapat
mempengaruhi perubahan sosial sehingga lahirlah kepribadian inovatif.
Kepribadian yang memandang realitas dengan kritis, memiliki rasa ingin
tahu/keterbukaan (inquisitive mind) dan melahirkan kritik,
mempertanyakan te tang dirinya dengan realitas dunia sekitarnya dan
keterlibatannya dalam mengubahnya menjadi lebih baik.
2. Pemberdayaan
Pemberdayaan lahir dari hubungan tanpa dominasi antara orang yang
akan melakukan pemberdayaan dan kaum pelajar. Hubungan tanpa dominasi terwujud
dari sikap dialogis dalam hubungan dan komunikasi. Dialogis disertai dengan
sikap kerendahan hati. Dialog sendiri merupakan perjumpaan diantara manusia
dengan perantara dunia dan realitas. Hematnya, pemberdayaan melibatkan trilogi
antara dua manusia: pelaku pemberdayaan dan kaum pelajar yang dipertemukan
dalam perantara dunia realitas. Pemberdayaan sendiri merupakan suatu bentuk
pengorganisasian sumber daya untuk melakukan perubahan, dengan mensyaratkan
adanya sikap partisipatoris (sekaligus terlibat sebagai peserta) pelaku
pemberdayaan dengan kaum pelajar. Ketentuan selanjutnya adalah kesamaan ide dan
opini mengenai realitas yang akan membantu mendorong keterlibatan kolektif
dalam perjuangan untuk perubahan kondisi yang lebih baik.
3. Pembebasan
Islam sejatinya merupakan agama pembebasan. Kebenaran ini dapat
ditemui dalam konsep Tauhid sebagai inti ajaran Islam yang mengandung dimensi
pembebasan. Pembebasan yang dimaksud di sini adalah dupaya yang terintegrasi
dan terkoordinir dalam rangka membebaskan kaum pelajar yang dari segala bentuk
penindasan (intelektual), yang terlemahkan dalam pikiran dan
termarjinalisasikan secara personal, kultural dan struktural dalam bingkai
teologi transformatif Muhammadiyah, yakni teologi Al-Ma’un. Pembebasan
dilakukan lewat proses keterlibatan secara langsung dalam upaya mewujudkan
transformasi sosial. Keterlibatan ini dilakukan lewat proses mengagregasi
kepentingan melalui pembentukan suatu program kebijakan yang didasarkan atas
serangkaian kepentingan dan pandangan yang dipahami oleh IMM; serta
mengartikulasikan kepentingan, dengan mengekspresikan dan mempublikasikan
berbagai kebijakan yang dimaksudkan untuk mempengaruhi kebijakan stake holder
(pemegang otoritas).
Dengan
demikian maka hendaknya seorang pemimpin yang di sini juga berperan sebagai
seorang pendidik haruslah memperhatikan segala tindak dan perangai mereka.
Karena segala tindak tanduk dan kelakuan keseharian akan menjadi cerminan dan
pandangan bagi anggota di bawahnya. Kalau seorang pemimpin selalu bisa
memberikan teladan, maka dapat dipastikan semua anggotanya akan menjadi orang
baik pula.
[Dikutip dari berbagai
sumber]
Daftar
Pustaka
Al Qur’anul Karim
Anis. Muh. Drs, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan, Mentari
Pustaka (Yogyakarta : 2012)
Casova, Fachmy. Habibi ; Tak Boleh Lelah dan Kalah, Tiga Serangkai
Pustaka Mandiri (Solo : 2014)
Misrawi. Zuhairi, Al
Qur’an Kitab Toleransi,Pustaka OASIS (Jakarta : 2010).
http://pelajarberkemajuan.blogspot.com/2014/03/kepribadian-ikatan-pelajar-muhammadiyah.html