Senin, 12 Maret 2012

KEBUDAYAAN

Manusia merupakan salah satu jenis makhluq dari beribu jenis makhluq yang ada dan hidup di dunia ini. Di mana dari struktur makhluq yang ada di dunia ini ada yang paling sederhana seperti halnya protozoa, sampai makhluq yang paling sempurna strukturnya seperti manusia. Dan itulah yang membedakan antara manusia dengan makhluq lain menurut para ahli biologi.

Akan tetapi menurut para ahli antropologi yang membedakan antara manusia dengan makhluq lain adalah kebudayaan. Kebudayaan diperoleh dari hasil berpikir manusia secara empirik, maupun logik. Itulah kenapa manusia dapat menjadi makhluq yang dapat berkuasa dan dapat bertahan hidup di mana saja ia berada. Beda dengan makhluq lain, seekor bunglon bisa bertahan hidup dengan menggunakan tekhnik kamuflasenya itu karena seekor bunglon telah diciptakan dan diprogram dalam gennya yang disebut dengan istilah naluri.

Pengertian Kebudayaan.

Istilah “kebudayaan” berasal dari kata sansekerta yaitu budhayah yang merupakan merupakan bentuk plural dari kata budhi yang berarti budi atau kekal.

Kemudian ada istilah lain yaitu culture yang berasal dari kata latin colere yang berarti mengolah, mengerjakan, dan terutama berhubungan dengan pengolahan tanah atau bertani. Selanjutnya memiliki makna yang sama dengan “kebudayaan”, yang berkembang menjadi sebuah pengertian bahwa; kebudayaan adalah segala daya upaya serta tindakan manusia untuk mengolah tanah dan mengubah alam”[1]

Antroplogi yang merupakan suatu cabang ilmu teoritis yang meneliti dan menganalisa berbagai cara hidup manusia dan berbagai sistem tindakan manusia mendefinisikan bahwa; ”kebudayaan adalah seluruh sistem gagasan dan rasa, tindakan, serta karya yang dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat, yang dijadikan miliknya dengan belajar”.[2]

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semua semua tindakan yang dilakukan manusia adalah kebudayaan, seperti halnya; cara makan, cara minum, cara berjalan. Wujud dari hasil kebudayaan itu misalnya orang makan menggunakan piring sebagai tempat meletakkan makanan dan sendok sebagai alat untuk mengambil makanan dan memasukkannya ke dalam mulut dan harus memakai tangan kanan. Kemudian cara berjalan, akan nampak dengan jelas ketika seseoarang melihat cara jalan seorang prajurit, cara berjalan seorang catwalk, dan cara berjalan seorang putri keraton. Dan hal itu tidak lain merupakan suatu wujud hasil kebudayaan yang di dapat dari proses berpikir seorang manusia dan kadang seseorang harus mempelajari cara-cara yang demikian ketika dalam situasi dan kondisi ruang waktu yang berbeda.

Kemudian ada istilah yang hampir sama dengan kebudayaan yaitu “peradaban” (civilization), istilah itu sering digunakan untuk menyebut suatu bagian atau unsur-unsur dari kebudayaan yang sifatnya halus, maju, dan indah, seperti halnya kesenian, ilmu pengetahuan, sopan santun serta pergaulan, kepandaian menulis, organisasi bernegara, dan lain-lain. Istilah “peradaban” juga sering digunakan untuk menyebut suatu kebudayaan yang memiliki sistem tekhnologi, ilmu pengetahuan, seni bangunan, seni rupa, sistem ketatanegaraan,serta masyarakat kota yang maju dan kompleks.

Disamping itu, ada pengertian lain bahwa; “kebudayaan adalah seluruh cara kehidupan dari masyarakat yang manapun dan tidak hanya mengenai sebagian dari cara hidup itu, yaitu bagian yang oleh masyarakat dianggap lebih tinggi atau lebih diinginkan. Dalam arti cara hidup masyarakat itu kalau kebudayaan diterpakan pada cara hidup kita sendiri, maka tidak ada sangkut pautnya dengan main piano. Itu merupakan elemen-elemen belaka dalam keseluruhan kebudayaan. Kegiatan ini mencakup kegiatan duniawi. Jadi kebudayaan menunjuk kepada berbagai aspek kehidupan meliputi cara berlaku, kepercayaan dan sikap-sikap dan juga hasil dari kegiatan manusia yang khas dari kelompok masyarakat atau kelompok tertentu. Yang akhirnya dapat disimpulkan bahwa kebudayaan adalah dari proses belajar”.[3]

Oleh karena itu segala hal yang dilakukan manusia di dalam suatu kelompok atau masyarakat adalah budaya. Semakin tinggi tingkat dan cara berfikir seseorang maka semakin tinggi pula kebudayaan suatu manusia.

Kemudian ada seorang Roy Shuker (1994) yang menyatakan definisi tentang budaya dalam karyanya yaitu Understanding Popular Music yang kurang lebih menjelaskan bahwa budaya di era sekarang ini mencakup tiga pengertian sebagai berikut;[4]

o Kebudayaan adalah proses umum dari perkembangan intelektual, spiritual, dan estesis manusia dan masyarakat (a general process of intellectual, spiritual, and aesthetic development)

o Cara khusus dari kehidupan, apakah manusia, periode, atau kelompok (a particular way of life, whether of peole, period, or a group)

o Karya-karya dan praktik-praktik intelektual dan utamanya aktifitas berkesenian (the work and practices of intellectual and especially artistic activity).

Perbedaan deifinisi mengenai kebudayaan mengacu pada dua pengertian budaya, yaitu; (1) sebagai “phenomenal order” atau gejala yang tampak; dan (2) sebagai “ideational order” atau wilayah ide. Masing-masing memiliki penganut yang kuat di kalangan ahli budaya. Jika isi budaya sebagai ide, maka membutuhkan hipotesis, para antropolog yang memercayai pandangan positfistik dalam ilmu pengetahuan mengatakan bahwa budaya dalam hal ini tidak bisa menjadi objek kajian ilmiah. Hanya dengan menganggap budaya sebagai phenomenal order, ia bisa menjadi kajian ilmiah tempat pandangan ini banyak dipegang oleh antropolog yang dikenal menggunakan pendekatan Materialisme Kultural.

Dan pada akhirnya definisi-definisi diatas dapat disimpulkan oleh Malinowski[5] bahwa budaya mempunyai empat unsur pokok bahasan. Yaitu;

o Sistem norma sosial yang memungkinkan kerja sama antara para anggota masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan alam sekelilingnya.

o Organisasi ekonomi

o Alat-alat dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan dimana keluarga adalah lembaga pendidikan utama

o Organisasi kekuatan (politik)



[1] Koentjaraningrat; Pengantar Antroplogi I ; PT Rineka Cipta. Jakarta. 1996 (hal; 74)

[2] Koentjaraningrat; Pengantar Antroplogi I; PT Rineka Cipta. Jakarta. 1996 (hal; 72)

[3] Ihroni T.O; Pokok-Pokok Antropologi budaya. Yayasan Obor Indonesia Anggota IKAPI DKI, Jakarta 2006

[4] Hassan Sandi Suwardi; Pengantar Cultural Studies; Ar Ruzz Media. Yogyakarta. 2011 hal 16

[5] Hassan Sandi Suwardi; Pengantar Cultural Studies; Ar Ruzz Media. Yogyakarta. 2011 hal 17

Tidak ada komentar: